Minggu, 04 November 2012

Doa


"Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendakinya). Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." 
(Ayat Seribu Dinar)


"Ya Allah bahwasanya waktu dhuha itu waktu dhuha-Mu, kecantikan itu kecantikan-Mu, keindahan itu keindahan-Mu, kekuatan itu kekuatan-Mu, kekuasaan itu kekuasaan-Mu dan perlindungan itu perlindungan-Mu. Ya Allah, jika rizkiku masih di atas langit. turunkanlah. Jika ada di dalam bumi, keluarkanlah. Jika sukar, mudahkanlah. Jika haram, sucikanlah. Jika masih jauh, dekatkanlah. Berkat waktu dhuha, keagungan, keindhan, kekuatan, kekuasaan dan perlindungan-Mu, limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hamba-Mu yang shaleh" 
(Doa shalat sunnah Dhuha)

Aamiin. 

Konsisten. Sabar. Semua akan indah pada waktunya. 

Goodluck, everyone! ;)

Krisis Kepercayaan


Ada dua hal bersentuhan dengan saya beberapa bulan belakangan yang saya soroti. Dua program dalam waktu berbeda, yang satu dari pihak pemerintahan, yang satu lagi dari seorang tokoh tersohor di Bandung. Persisnya tidak akan saya bahas detail di sini. Saya bukan mau membahas tentang konten program atau apapun itu namanya. Tetapi mengenai respon terhadap si program.

Pertama, dari tawaran program pemerintah. Dari pertama kali melihat undangan pertemuan, kemudian mulai mencari tahu, menghadiri pertemuan, mendengarkan dengan seksama, ikut mengeluarkan pendapat. Mencoba mengingat respon orang-orang di sekeliling saya, pun saya sendiri, adalah penuh kecurigaan. Padahal kalau dilihat isinya, tujuannya, semuanya positif. 

Lalu kenapa?

Kedua, sebuah gerakan yang ditawarkan oleh seorang tokoh cerdas yang inspiratif. Pertama mendengarnya, mulai mencari tahu, mengirimkan delegasi untuk menghadiri pertemuannya, sampai akhirnya turun sendiri untuk ikut tahu situasi. Lagi-lagi ada kecurigaan. Padahal isi presentasi, paparan mimpi, semuanya sangat-sangat positif dan brilian! 

Lalu kenapa?

Ada alasan traumatis tentang ketakutan dalam pemanfaatan kepentingan berbagai pemangku jabatan di ranah politik, ataupun oknum yang justru baru akan 'mengincar' si bangku itu. Tidak beralasan kuat memang untuk semata-mata menuduh seseorang atau sekelompok orang. Namun itu yang terjadi sekarang ini. Banyak hal yang terjadi, namun kasus selentingan dan kabar di media didominasi oleh hal yang negatif membuat sebagian besar orang mulai skeptis.

Si pemangku jabatan, pemain utama yang mengendalikan pemerintahan tidak dipercaya, si tokoh inspiratif yang seharusnya bisa jadi harapan pun jadi bahan kecurigaan.

Lalu siapa lagi yang berhak mendapat kepercayaan?

Yang saya kaget, saya yang berusaha mengeluarkan optimisme itu ternyata terbukti terpengaruh juga melalui alam bawah sadar saya.  Tiba-tiba seketika saya menjadi orang pesimis yang menilai dari sisi negatif.

Kalau gagal bagaimana?
Kalau si anu berniat buruk bagaimana?
Kalau keterlibatan kita merugikan, lalu bagaimana?

Pertanyaan semacam itu menari-nari di kepala. Padahal sudah tahu dan sadar bahwa si rasa kepercayaan ini adalah energi positif untuk si pelaku. Namun harus disampaikan dengan cara yang cerdas. 

Saatnya terus tersadar, membaca dan memanfaatkan peluang, lahirkan rasa optimis, percaya, dan bermimpi! Selama saya sendiri belum masuk ke ranah yang lebih besar itu, tetap berdoa yang terbaik untuk si pemegang amanah dan calon-calon pembangun bangsa saat ini

Yeah!