Minggu, 30 Januari 2011

Realita papan mading kampus

X : "Eh ini tolong ditempel di mading-mading ya. Pokoknya di semua mading kampus"
Y : "Siaaaap..."

Begitu Y sampai di mading, yang dia liat adalah kertas bertumpuk, tidak jelas penempelannya. Ada yang sudah copot-copot, ada yang saling timpa satu sama lain. Ada yang baru ditempel kemarinnya, eh sekarang sudah ditimpa poster lain. Y berjalan ke papan mading lain. Ternyata sama saja keadaannya. Timbul juga kekhawatiran poster acaranya besok atau bahkan nanti sore sudah ditimpa orang lain.

Sudah ada gridnya, ternyata tidak berpengaruh banyak

Tumpuk teruus

Tertarikkah kamu membacanya?

Yaaah ini lagi, nggak bisa lihat tempat kosong... mading penuh, tempat manapun jadi

Mau tempel di sebelah mana yaa?

Y : "Wah kalau begini caranya, gimana poster acara gue keliatan orang?"

Sempat terlintas cara membombardir satu papan mading dengan poster acaranya saja. Mau tidak mau orang-orang yang lewat pasti lihat. Hmmm tapi diurungkan niat itu akhirnya. Ia memilih mencopot poster yang tidak berlaku lagi tanggalnya, lalu menempel poster miliknya.

Papan mading ini milik umum.Bukan mentang-mentang saya anak lingkungan lalu saya hanya melihat dari sisi penghematan kertasnya. Ya, memang salah satu kesalahan penggunaan poster gila-gilaan itu adalah pemborosan kertas. Tapi itu hanya efek sampingannya saja. Coba lihat dari sudut pandang lain :
  1. Efektifitas media publikasi.
  2. Toleransi dan rasa saling menghargai. Harusnya masing-masing acara bukannya saling timpa satu sama lain. Cobalah cari slot kosong di samping poster acara yang bahkan masih seminggu lagi diadakannya.
  3. Nilai estetika. Apakah itu enak dilihatnya?
  4. Pemeliharaan fasilitas umum kampus. Menempel dengan lem, meskipun murah tapi itu akan merusak papan mading.
  5. Budaya melihat papan pengumuman, tidak apatis dengan acara-acara kampus. Siapa tahu bermanfaat. Kalau mading rapi dan semuanya hanya menempel masing-masing satu poster maka orang akan sengaja datang ke mading untuk melihat "Ada acara apa aja nih?"
  6. Semua orang akan menjalankan fungsi kontrolnya sebagai warga kampus. Belajar peduli dengan keadaan sekitar dan berani menegur kesalahan yang dilakukan oleh orang lain, di sini kasusnya adalah soal penggunaan papan mading.
  7. Yang penting kualitas, bukan kuantitas. Mengasah kreativitas orang untuk mencari solusi "Bagaimana cara menarik perhatian orang ke publikasi acara, tanpa harus merugikan acara orang lain dan mengandalkan kuantitas poster?"
  8. Efisiensi penggunaan kertas.
Kalau sarana prasarana di dalam kampus saja tidak mau sama-sama ikut menjaga, bagaimana dengan keadaan di luar kampus? Orang Indonesia katanya paling lemah di bagian pengelolaan dan pemeliharaan. Ayo buktikan bahwa pernyataan itu salah!


"Mulai dari diri sendiri
mulai dari hal kecil,
mulai dari sekarang"

-KH Abdullah Gymnastiar-

Si Oman sampai juga ke Goa Belanda



Halooo perkenalkan ini sepeda kesayangan saya, namanya Oman. Diadaptasi dari Hanoman tokoh favorit saya di cerita Ramayana. Kenapa Hanoman? Karena tanpa ia sadari, ia adalah termasuk orang terkuat. Warnanya juga putih, sama seperti sepeda saya ini. Eits jangan mentang-mentang ini sepeda lipat lalu diremehkan ya. Buktinya saya masih selamat dan kuat gowes dari kampus ITB sampai Goa Belanda, Tahura! :D


Yeay sampai di gerbang Tahura!


Saya mau beri sedikit tips & trick menggunakan folding bike :

  1. Buat ikatan batin dengan sepedamu. Eh jangan bingung dulu. Ini penting lho. Saya sampai menolak ditawari pakai sepeda gunung sama Kak Fariz karena saya lebih percaya sama Oman :)
  2. Percaya sama dirimu dan sepedamu. Ayo! Kamu pasti bisa gowes sampai atas!
  3. Lupakan bahwa dia adalah sepeda lipat. Ah sama saja kok, sepeda-sepeda juga. Hehehe. Karena kalau kita terus-terusan mengingat diameter rodanya yang jauh lebih kecil dari sepeda-sepeda lainnya, kamu bisa stres nanti dan menghitung capeknya.
  4. Jangan gunakan gigi 1 ketika di tanjakan, securam apapun itu. Mengapa? Karena ketika kita menggunakan gigi 1, maka tidak ada harapan lagi untuk lebih ringan gowesnya. Ah pupuslah sudah harapan deh. Lebih baik pakai gigi 2 dan 3 secara bergantian. Kalau sudah gila nanjaknya dan terlalu capek, barulah boleh dipakai, tapi ketika tanjaknya melandai, jangan lupa langsung ganti ke gigi 2 lagi.
  5. Pasang sadel lebih tinggi. Ini juga dilakukan di sepeda-sepeda lain sih. Gowesnya akan lebih kuat karena kekuatannya dari atas badan ke bawah.
  6. Nafas teratur, jangan buka mulut ketika ngos-ngosan. Eh ini juga penting lho, karena tenggorokan akan lebih cepat kering dan haus. Selain itu ketika kita kurangi megap-megap, kelihatannya akan tetap oke dan cool :)
  7. Jangan terlalu sering melihat betapa jauh dan terjalnya tanjakan. Ya okelah kalau dalam kehidupan itu kita harus melihat jauh ke depan. Tapi untuk yang ini kurang saya sarankan, Bung! Melihat betapa jauhnya tanjakan yang mau kamu lewati hanya bikin down. Jadi, konsentrasi aja sama jalanan yang lagi dilewati.
  8. Pakai ransel! Males banget kan kalau harus bolak balik betulin posisi tas? Ini akan sedikit menguras energimu.
  9. Bawa barang seperlunya. Barang bawaan yang berat akan menghambat juga tuh. Eh tapi jangan sampai lupa bawa minum sendiri ya. Ingat! Kurangi sampah botol plastik!
  10. Ambil posisi di garda depan. Meskipun di barisan depan rombonganmu adalah cowok-cowok strong dengan mountain bike yang giginya di depan belakang roda, tetap jaga posisi di depan! Karena ini akan memotivasimu untuk selalu gowes cepat.
  11. Kalau sudah capeknya pol, yah bolehlah dituntun sepedanya. Tapi jangan berhenti ya. Tetap bawa sepedamu pelan-pelan.
  12. Gunakan celana dan sepatu yang nyaman.
Ayo rasakan sensasinya gowes sampai ke tempat (yang menurut pikiran kita) tidak terjamah! Setelah Bumi Sangkuriang, Goa Belanda was my new record!

*)beberapa foto adalah hasil jepretan saudara Fahma. Hatur nuhun Fahma!

Mwathirika, the amazing puppet show


Ini pertama kalinya saya menonton puppet show. Yang terbayang di otak saya adalah orang-orang berkostum boneka, atau memainkan boneka tanpa harus menampakan si "pemberi nyawa" nya. Masuk ke gedung pertunjukan, kami sudah dibikin senang duluan karena pertunjukan ini gratis! Ahey! Hehehehe. Melihat dekorasinya tidak terlalu muluk-muluk, tapi bentuk propertinya terlihat kompleks. Daan benar saja. Propertinya didesain bisa diputar, dibuka tutup dengan tuas ataupun katrol, dan ada bentuk bangunan dengan mata di atasnya yang bisa dibuka tutup. Kereen!

Pertunjukan ini adalah pertunjukan visual dengan media boneka. Sesekali boneka tersebut bersuara tetapi hanya untuk memanggil nama satu sama lain. Boneka tersebut dibuat "hidup" terkadang oleh 3 orang bersamaan, atau cukup 1 orang saja. Yang membuat saya takjub, sosok pemain boneka bisa "menghilang" sehingga yang penonton lihat hanya terfokus pada bonekanya. Bahasa tubuh di boneka benar-benar dibuat cantik sekali. Seakan-akan benar-benar hidup.


Cerita yang diangkat di sini bukan lantas tentang sejarah PKI. Simpel saja kok. Tentang seorang anak perempuan bernama Moyo yang tinggal bersama kakak laki-lakinya, Tupu dan ayahnya. Mereka hidup bertetangga dengan laki-laki dan anaknya yang duduk di kursi roda. Hidup mereka berubah dan mulai diliputi kecemasan ketika sebuah segitiga merah tercoreng di jendela ayah Moyo.

Emosi yang disajikan di sini benar-benar bisa dirasakan penonton. Jujur saja, kalau yang namanya menonton teater pasti ada titik bosannya, hanya beberapa detik sekalipun. Tapi ini tidak sama sekali! Saya benar-benar terhanyut dalam cerita. Emosi saya dipermainkan oleh pemain-pemain ini. Ah pasti berat sekali mereka latihan. Salut!

Selesai pertunjukan, saya sempat berfoto dengan boneka-boneka ini dan benar saja lho, saya merasa kalau mereka benar-benar "hidup" hehehhe. Dasar memang saya penakut juga. Dan saya akhirnya menemukan rahasia cara menggerakan boneka-boneka itu. Wah ternyata cara bermain boneka seperti ini diadaptasi dari Jepang lho.

Ini diselipkan di kaki pemain boneka, jadi sambil mereka duduk di bangku kayu beroda, mereka bisa leluasa memainkan kaki si boneka, memberikan kesan si boneka berjalan kaki

Bapak tetangga
Moyo
Salut buat Papermoon Puppet Theatre! Ayo manggung lagi! :)