Lagi-lagi saya menemukan korelasi yang keren antara hati dan tubuh kita!
Pernahkan ketika kita sedang sibuk melakukan banyak hal rasanya seperti sehat selalu? Bahkan orang tua saya di rumah pun sampai bingung dan beberapa kali khawatir dengan kesehatan saya si anak bungsu ini. Awalnya saya pikir itu adalah efek dari pengalihan pikiran sehingga badan pun tidak terasa "sinyal-sinyal" capeknya. Maka biasanya baru terasa lelahnya atau ambruk ketika pekerjaan sudah selesai dan dalam masa rehat.
Namun ada kalanya beberapa jenis aktifitas positif yang meskipun capeknya bukan main, tetapi badan saya baik-baik saja tuh setelah aktifitas tersebut usai. Yang saya dapatkan justru energi yang lebih meledak-ledak. Hehehe.
Ada hal menarik yang lagi-lagi saya temukan dari temuan Gobind Vashdevh dalam buku Hapiness Inside.
Korelasi empati dan imunitas tubuh
Gobind memberikan contoh seorang mendiang tokoh tersohor di dunia, Bunda Theresa. Seorang perempuan peraih nobel perdamaian karena perjuangannya bersama kaum papa. Bagaimana beliau dan rekan-rekannya bisa kebal dari penularan penyakit kusta selama begitu lamanya bersentuhan dengan pengidap penyakit menular ini? Kemudian saya jadi mengingat bagaimana para relawan-relawan selama ini baik-baik saja dalam misi menolong korban, baik dari penyakit menular, bencana, atau di permukiman kumuh yang katanya menjadi sumber penyakit? Kondisi terjepit tersebut mengakibatkan para relawan tidak sempat mengonsumsi makanan dan istirahat teratur. Secara nalar, hal ini sangat tidak mungkin.
Informasi setelahnya sangat mencengangkan dan membuat saya merinding.
Seorang psikolog dari Harvard, David McClelland dan Carol Kirshnit telah melakukan penelitian tentang hubungan antara empati dan kekebalan tubuh, melalui pengecekan air liur penonton film-film yang mengundang empati. Hasilnya luar biasa. Peningkatan empati berkorelasi positif terhadap kenaikan tingkat Immunoglobulin A (IgA).
Saya lagi-lagi harus katakan bahwa saya merinding dibuatnya. Saya sebarkan ke beberapa teman terdekat mengenai informasi luar biasa ini. Bahwa betapa hebatnya tubuh kita merespon kebaikan, empati, dan nilai berbagi kepada sekitar kita. Terjawab sudah pertanyaan saya. Itulah mengapa pemimpin-pemimpin hebat di negeri kita ini seperti tidak ada lelahnya, dan orang-orang mulia di sekitar kita seperti tidak pernah habis energinya. Karena mereka benar-benar berempati untuk sesama. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar