Minggu, 08 Januari 2012

Bermain ke Rumah Dubes

Jumat pagi, 23 Desember 2011

Teringat cerita dari si "pemandu wisata" dari Papermoon 2 malam sebelumnya, ternyata ada kediaman mantan duta besar Indonesia di gang yang sama dengan wisma tempat saya menginap. Sebuah rumah besar dengan arsitektur gaya Belanda di kanan jalan. Sebuah kotak telepon umum merah bergaya Eropa yang berdiri di samping rumah menarik perhatian kami.


Kalau kata Mas Wulang Sunu si pemandu wisata waktu itu, rumah ini berisi 1 set peralatan gamelan lengkap dan wayang. Untuk pecinta gamelan, katanya boleh saja main-main ke rumah itu. Wah menarik nih!

Sebelum saya dan teman-teman meninggalkan kota Jogja dan melanjutkan perjalanan ke Kota Solo, jam 7 pagi kami sudah bersiap untuk "mampir" ke rumah ini. Bermodalkan nekat, rumah yang tampak kosong dari luar ini pun kami masuki. Pagar tidak dikunci. Kami berhasil masuk ke pekarangan rumah. Mengintip dari jendela, saya bisa melihat bagian dalam rumah. Saya mencoba membuka pintu,dikunci ternyata. Menyadari ada pintu lagi di samping rumah, kami memberanikan diri mengetuk.

Kemudian muncul seorang Bapak yang setelah mengobrol kami tahu namanya Pak Tugio. Usianya sekitar 40 tahun. Kami ceritakan maksud kami untuk melihat-lihat koleksi gamelan dalam rumah itu. Pak Tugio pun dengan senang hati mengambil kunci rumah, dan membukakannya.
Kami masuk lewat pintu samping.




Wah benar saja! Isinya seperangkat gamelan lengkap. Seperangkat gamelan lengkap ini bergaya Jogjakarta. Koleksi wayang tidak dipajang di dalam rumah. Rumah ini adalah milik mantan Duta Besar Indonesia, Pak Suhartoyo namanya. Beliau ditugaskan menjadi duta besar Indonesia di Inggris tahun 1985 hingga 1989. Kediaman ini terkenal di sebelum tahun 1971. Sampai saat ini masih sering digunakan berlatih di tiap Kamis malam dan Sabtu malam. Dari informasi yang saya dapat dari media Tempo tahun 1986 ,Pak Suhartoyo ternyata memiliki keahlian mendalang. Kemampuannya ini juga ditampilkan di negara tempat beliau bertugas.

Berbekal ilmu dari PSTK, saya mencoba mengajarkan teman-teman memainkan instrumen yang paling sederhana. Kami memainkan notasi yang ada di papan tulis selama beberapa kali putaran.


Tidak terasa pukul 8.30 dan kami masih asyik bermain. Akhirnya kami pun pamit dan menyampaikan banyak terima kasih ke Pak Tugio. Setelah berpamitan, kami mengabadikan diri dengan beberapa foto tepat di depan rumah ini. Setelah sadar hari semakin siang dan kulit mulai digigiti nyamuk-nyamuk kebun, kami pun benar-benar meninggalkan rumah ini.
Kalau Anda jalan-jalan ke Jogja, sempatkan mampir ke rumah ini! Saya tidak ingat persis alamat rumah lengkapnya seperti nomor rumahnya, yang pasti terletak di Jalan Tirtodipuran. Jalan kecil ini terletak di kanan jalan dari Jalan Parangtritis jika Anda dari arah kota Jogja ke Selatan. Jika dari arah selatan, maka Anda bisa menemuinya di kiri jalan. Setelah masuk ke belokan itu, Anda akan menemukan rumah ini di kanan jalan. Semoga warisan sejarah dan budaya ini tetap terjaga. Selamat mencoba! :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar