Saya benci hafalan. Memandang tulisan kecil berdempet dalam berlembar-lembar kertas itu rasanya malas minta ampun. Isinya tahun, nama-nama tokoh, peristiwa, dan tetek bengek lainnya yang rasanya mustahil untuk dihafal semuanya. Sejak masih di bangku SD, saya sudah mengklaim bahwa saya tidak suka pelajaran sejarah. Meskipun sangat terpaksanya harus menghafal, setelah mengerjakan soal toh nanti lupa lagi. Tidak ada yang menarik di situ.
Membaca buku sejarah selain buku dari sekolah? Ah buat apa. Toh baca buku dari sekolah saja sudah susah payah. Jalan-jalan ke museum? Yaaa.. formalitas darmawisata dari sekolah. Kalau tidak ada tugas yang harus dikumpulkan, paling saya hanya liat-liat sepintas saja keterangan-keterangan di tiap pamerannya.
Mengapa saya benci pelajaran sejarah? Tidak, bukan hanya saya. Banyak sekali yang beranggapan bahwa sejarah itu membosankan dan bikin ngantuk. Padahal sejarah itu milik kita semua. Sejarah adalah unsur yang bisa menjadi acuan atau tolak ukur dalam menjalani hidup di masa kini dan masa datang.
Saya tidak mau semata-mata menyalahkan sistem pendidikan kita yang sekarang. Walaupun pada kenyataannya, anak tidak didorong untuk merasa perlu belajar untuk bekal dirinya, tetapi untuk nilai 100 di atas kertas. Belajar sejarah bukan menjadi seperti membaca dongeng yang menyenangkan, tetapi sebuah beban untuk memasukkan sekian ratus kata dalam kepala, yang harus ditumpahkan di atas kertas ulangan sesuai dengan pertanyaan yang diajukan. Pemilihan kata demi kata pun cenderung sama persis seperti di buku. Selain sistem, mungkin dari saya sendiri bukan anak yang cukup kritis pada saat itu, yang saya kejar hanya nilai, nilai, dan nilai.
Justru ketika umur saya mulai hampir menginjak kepala dua, banyak hal yang saya sadari bahwa terlalu banyak yang saya lewatkan. Mengapa dulu saya tidak benar-benar mendengarkan guru "bercerita" tentang sejarah di depan kelas? Karena pada saat itu yang saya rasakan bukan cerita, melainkan hafalan rumit yang kadang membuat mata saya terkantuk-kantuk. Sekarang justru mengenai sejarah Indonesia rasanya sangat menyenangkan untuk didengar dan dicari informasi selengkap-lengkapnya. Segala sesuatunya punya filosofi yang berasal dari sejarah.
Mengapa begini? Pelajari sejarahnya
Bagaimana dengan ini? Pelajari sejarahnya
Di mana lokasi itu? Pelajari sejarahnya
Kapan terjadinya peristiwa ini? Pelajari sejarahnya
Dan masih banyak pertanyaan saat ini yang akan terjawab ketika kita tau dan mengerti sejarahnya. Terutama untuk Indonesia, negara yang sarat akan kebudayaannya. Setiap suku, etnis, dan budaya memiliki sejarah dan kisah masing-masing yang melahirkan sebuah kearifan lokal, kekayaan yang tidak ternilai.
Tidak ada kata terlambat untuk belajar. Yang jelas, menghafal itu tetap menyebalkan (hehe), tetapi belajar sejarah sekarang menjadi menyenangkan :)
Membaca buku sejarah selain buku dari sekolah? Ah buat apa. Toh baca buku dari sekolah saja sudah susah payah. Jalan-jalan ke museum? Yaaa.. formalitas darmawisata dari sekolah. Kalau tidak ada tugas yang harus dikumpulkan, paling saya hanya liat-liat sepintas saja keterangan-keterangan di tiap pamerannya.
Mengapa saya benci pelajaran sejarah? Tidak, bukan hanya saya. Banyak sekali yang beranggapan bahwa sejarah itu membosankan dan bikin ngantuk. Padahal sejarah itu milik kita semua. Sejarah adalah unsur yang bisa menjadi acuan atau tolak ukur dalam menjalani hidup di masa kini dan masa datang.
Saya tidak mau semata-mata menyalahkan sistem pendidikan kita yang sekarang. Walaupun pada kenyataannya, anak tidak didorong untuk merasa perlu belajar untuk bekal dirinya, tetapi untuk nilai 100 di atas kertas. Belajar sejarah bukan menjadi seperti membaca dongeng yang menyenangkan, tetapi sebuah beban untuk memasukkan sekian ratus kata dalam kepala, yang harus ditumpahkan di atas kertas ulangan sesuai dengan pertanyaan yang diajukan. Pemilihan kata demi kata pun cenderung sama persis seperti di buku. Selain sistem, mungkin dari saya sendiri bukan anak yang cukup kritis pada saat itu, yang saya kejar hanya nilai, nilai, dan nilai.
Justru ketika umur saya mulai hampir menginjak kepala dua, banyak hal yang saya sadari bahwa terlalu banyak yang saya lewatkan. Mengapa dulu saya tidak benar-benar mendengarkan guru "bercerita" tentang sejarah di depan kelas? Karena pada saat itu yang saya rasakan bukan cerita, melainkan hafalan rumit yang kadang membuat mata saya terkantuk-kantuk. Sekarang justru mengenai sejarah Indonesia rasanya sangat menyenangkan untuk didengar dan dicari informasi selengkap-lengkapnya. Segala sesuatunya punya filosofi yang berasal dari sejarah.
Mengapa begini? Pelajari sejarahnya
Bagaimana dengan ini? Pelajari sejarahnya
Di mana lokasi itu? Pelajari sejarahnya
Kapan terjadinya peristiwa ini? Pelajari sejarahnya
Dan masih banyak pertanyaan saat ini yang akan terjawab ketika kita tau dan mengerti sejarahnya. Terutama untuk Indonesia, negara yang sarat akan kebudayaannya. Setiap suku, etnis, dan budaya memiliki sejarah dan kisah masing-masing yang melahirkan sebuah kearifan lokal, kekayaan yang tidak ternilai.
Tidak ada kata terlambat untuk belajar. Yang jelas, menghafal itu tetap menyebalkan (hehe), tetapi belajar sejarah sekarang menjadi menyenangkan :)