Habis ngobrol ngalor ngidul dengan teman sekosan, kembali ke "singgasana" pribadi tapi belum berat juga menutup mata alias tidur. Padahal sudah hanya ditemani si lampu belajar yang nyalanya kuning temaram, dan lampu utama dimatikan. Enak banget buat tidur, tapi saya belum mengantuk. Membuka blog Paulo Coelho, dan menemukan kutipan yang asik dan lagi-lagi, "Iya banget!". Judulnya, The Magic Moment. Ini cuplikannya :
Every day – together with the sun – God gives us a moment in which it is possible to change everything that makes us unhappy.
Every day we try to pretend that we don’t realize that moment, that it doesn’t exist, that today is just the same as yesterday and will be the same as tomorrow. But if you pay attention, you can discover the magic instant.
Every day we try to pretend that we don’t realize that moment, that it doesn’t exist, that today is just the same as yesterday and will be the same as tomorrow. But if you pay attention, you can discover the magic instant.
“What did you do with the miracles that God sowed for your days? What
did you do with the talent that your Master entrusted to you? You buried
it deep in a grave because you were afraid to lose it. So this is your
inheritance: the certainty that you have wasted your life.”
Saya jadi ingat ibu saya yang sering sekali bilang, "Lakukan sesuatu yang berguna". Simpel. Sering sekali diucapkan dari saya kecil. Berawal hanya dari nasihat kecil karena prihatin mungkin melihat si anak gadis leyeh-leyeh saat liburan sekolah dengan tidak melakukan apa-apa. Tapi jadi selalu teringat dan berefek cukup besar buat saya. Waktu itu rasanya makin cepat dan umur semakin bertambah tua. Kalau dipikir secara logika, rasanya memang benar-benar orang merugi bagi yang tidak memanfaatkan si waktu ini.
Sadar.
Kadang seringkali orang mengarungi aktivitas hariannya begitu saja, dan sampai di suatu titik di mana mulai berpikir "Eh tadi saya ngapain aja? Buat apa saya begini?". Dan tidak jarang juga seseorang bahkan tidak pernah berhenti sejenak di titik tersebut untuk sadar. Sadar apa yang sudah dilakukan dan yang terpenting apa yang sudah didapatkan, lalu disyukuri.
Saya percaya kalau setiap detik dan setiap momen adalah berharga. Dan Tuhan menciptakan waktu dan skenarionya, mulai dari skenario besar jalan hidup manusia sampai perjalanan angin meniup daun-daun itu tidak main-main
Saya analogikan dengan hal kecil.
Ketika saya berjalan dari gerbang belakang kampus hingga gedung kuliah saya dengan tidak peduli kanan-kiri, tidak ada manfaat lebih yang saya dapatkan selain mencapai gedung kuliah. Tetapi ketika saya berjalan dan mengamati kanan kiri saya, sadar dengan keadaan bahwa saya sedang berjalan di antara gedung dan pohon, melihat cuaca yang sedang keren atau cahaya matahari dari kisi-kisi daun di pohon, wah itu bisa seketika membuat saya tersenyum. Meskipun hanya simpul kecil, tapi syukurilah itu.
Percaya.
Percayalah pada semua momen dan peristiwa yang terjadi di kehidupan.
Bukan, itu bukan hambatan, tapi itu tantangan. (kalimat ini saya ingat dari perkataan Mas Sano bulan Maret lalu)
Percayalah kalau semua yang terjadi adalah sebuah peluang. Semua yang tidak enak adalah sebenarnya akan baik-baik saja. Percaya, jalani. Jika ternyata menurutmu gagal, ya mungkin coba lagi atau coba dengan cara lain. Tapi jangan menyesali setiap momen yang sudah lewat. Yang namanya "semua ada hikmahnya" itu benar banget! Rugi besar kalau dari sekian banyak waktu yang kita habiskan untuk sesuatu, kita tidak bisa mengambil buah dari hal itu, meskipun menurut kita itu adalah sebuah kegagalan.
Setiap detik adalah (sangat) berharga!
*) Memberi semangat dan mengingatkan diri sendiri. Beberapa kali sedang sering "tidak sadar" :p. Terima kasih untuk orang-orang di sekelilingku yang menjadi penjaga untuk memaknai setiap hal kecil, dan mama, wanita keren yang selalu mengajariku untuk bersyukur. Alhamdulillah :)