Sore tadi saya baru saja berdiskusi dengan salah seorang pegawai negeri. Meskipun sampai 2 jam lamanya beliau semangat bercerita, wajahnya tidak dapat menyembunyikan kelelahan dan beban pikirannya.
Tanya ayah saya ketika saya sampai di rumah, "Gimana tadi ngobrolnya?"
Yang saya lontarkan pertama kali, "Mukanya kelihatan capek banget deh, Pa. Kelihatan lebih tua dari papa. Hehe."
Jawab ayah saya singkat, "Ya, mungkin kurang dinikmati pekerjaannya"
Dan tepat juga sekitar 2 minggu yang lalu, di tengah-tengah obrolan tentang masa depan, ayah saya ini berpesan, "Intinya, kalau kamu kerja dibawa stres, nanti jadi penyakit. Nah kalau sakit, yang rugi diri sendiri. Jadi, pekerjaan itu untuk dinikmati".
Nah, minggu lalu teman saya memberikan salah satu puisi Khalil Gibran dari buku Sang Nabi. Hingga saat ini masih terekam kuat di kepala saya, terlebih setelah mendengar komentar kecil dari ayah saya tadi sore. Semoga bisa menjadi suntikan energi untuk saya di kala "kehilangan" energi. Saya kutip di sini, supaya selalu menjadi pengingat.
Tentang Kerja
Seorang peladang datang bertanya:
Berilah penjelasan pada kami soal kerja.
Maka demikianlah bunyi jawabnya:
Kau bekerja supaya langkahmu seiring irama bumi, serta perjalanan roh jagad ini.
Berpangku tangan menjadikanmu orang asing bagi musim.
Serta keluar dari barisan kehidupan sendiri.
Yang menderap perkasa, megah dalam ketaatannya, menuju keabadian masa.
Bila bekerja engkau ibarat sepucuk seruling, lewat jantungnya bisikan sang waktu menjelma lagu.
Siapa mau menjadi ilalang dungu dan bisu, pabila semesta raya melagukan gita bersama?
Selama ini kau dengar orang berkata, bahwa kerja adalah kutukan, dan susah payah merupakan nasib, takdir suratan.
Tetapi aku berkata kepadamu bahwa bila kau bekerja, engkau memenuhi sebagian cita-cita bumi yang tertinggi.
Yang tersurat untukmu, ketika cita-cita itu terjelma.
Dengan selalu menyibukkan diri dalam kerja, hakekatnya engkau mencintai kehidupan.
Mencintai kehidupan dengan bekerja, adalah menyelami rahasia hidup yang paling dalam.
Namun pabila dalam derita kausebut kelahiran sebagai siksa, dan pencarian nafkah sebuah kutukan yang tercoreng di kening,
Maka aku berkata bahwa tiada lain dari cucuran keringat jua, yang dapat membasuh suratan nasib manusia.
Selama ini kaudengar orang berkata pula, bahwa hidup adalah kegelapan, dan dalam keletihanmu kautirukan kata-kata mereka yang lelah.
Namun aku berkata bahwa hidup memang kegelapan, kecuali jika ada dorongan.
Dan semua dorongan buta belaka, kecuali jika ada pengetahuan.
Dan segala pengetahuan adalah hampa, kecuali jika ada pekerjaan.
Dan segenap pekerjaan adalah sia-sia, kecuali jika ada kecintaan.
Jikalau kau bekerja dengan rasa cinta, engkau menyatukan dirimu dengan dirimu
Kausatukan dirimu dengan orang lain, dan sebaliknya, serta kaudekatkan dirimu kepada Tuhan.
Dan apakah yang dinamakan bekerja dengan rasa cinta?
Laksana menenun kain dengan benang yag ditarik dari jantungmu, seolah-olah kekasihmulah yang akan mengenakan kain itu.
Bagai membangun rumah dengan penuh kesayangan, seolah-olah kekasihmulah yang akan mendiaminya di masa depan.
Seperti menyebar benih dengan kemesraan, dan memungut panen dengan kegirangan, seolah-olah kekasihmulah yang akan makan buahnya kemudian.
Paterikan corakmu pada semua benda, dengan nafas dari semangatmu pribadi.
Ketahuilah bahwa semua roh suci sedang berdiri mengelilingimu, memperhatikan dan mengawasi serta memberi restu.
Seringkali kudengar engkau berkata-kata, laksana menggumam dalam mimpi,
"Dia yang bekerja dengan bahan pualam, dan menemukan di dalamnya bentuk jiwanya sendiri lebih tinggi martabatnya daripada dia si pembajak sawah".
"Dan dia yang menangkap pelangi di langit untuk dilukis warnanya, menyerupai citra manusia di atas kain, derajatnya lebih mulia dari dia si pembuat sandal kita".
Namun aku berkata tidak di dalam tidur melainkan di kala jaga sepenuhnya, ketika matahari tinggi.
Bahwa angin berbisik tidak lebih mesra di pohon jati raksasa daripada di rerumputan yang paling kecil dan tanpa arti.
Dan hanya dialah sungguh besar, yang menggubah suara angin, menjadi sebuah simponi yang makin agung karena kasih-sayangnya.
Kerja adalah cinta yang mengejawantah.
Dan jika kau tiada sanggup bekerja dengan cinta, hanya dengan enggan, maka lebih baiklah jika engkau meninggalkannya.
Lalu mengambil tempat di depan gapura kuil, meminta sedekah dari mereka yang bekerja dengan sukacita.
Sebab bila kau memasak roti dengan rasa tertekan, maka pahitlah jadinya dan setengah mengenyangkan.
Bilamana kau menggerutu ketika memeras anggur, gerutu itu meracuni air anggur.
Dan walaupun kau menyanyi dengan suara bidadari, namun hatimu tiada menyukainya.
Maka tertutuplah telinga manusia dari segala bunyi-bunyian siang dan suara malam hari
Angkat topi setinggi-tingginya untuk semua orang yang mengerjakan pekerjaan yang dicintai dan dikerjakannya dengan sepenuh hati.
Cari pekerjaan yang kamu cintai.
Cintai pekerjaan itu dengan sepenuh hati.
Semangat bekerja! :)
bagus Raniii :']
BalasHapusBagus artikelnya. Saya ada artikel senada di http://www.anakadam.com/2016/08/psikologi-bekerja-dengan-cinta/ Terimakasih.
BalasHapusBagus artikelnya. Saya ada artikel senada di http://www.anakadam.com/2016/08/psikologi-bekerja-dengan-cinta/ Terimakasih.
BalasHapus