(Bandung, 13/12) Simpul Space BCCF pagi itu diwarnai dengan gelak tawa sekumpulan orang yang asik mendengarkan celotehan Bang Silverius Oscar Unggul (43), yang akrab disapa Bang Onte. Social Inovators Talk ke 4 kali ini mengundang beliau untuk berbagi kisahnya dalam membentuk internal organisasi yang kuat. Selama hampir 2 jam lamanya kami diasupi cerita-cerita perjuangan Bang Onte dan 8 kawannya dalam membangun visi menyelamatkan hutan Indonesia.
Bang Onte, pria kelahiran Kendari Sulawesi Tenggara ini adalah peraih Social Entrepreneur of The Year 2008, Ernst & Young, Schwab Foundation. Berawal dari perjuangannya di masa kuliah sebagai seorang pecinta alam, beliau dan kawan-kawannya membentuk organisasi Mapala (Mahasiswa Pecinta Alam) di kampusnya. Dari tempaan dan persahabatannya yang begitu erat dengan alam, Bang Onte benar-benar dimanjakan dengan warga-warga di pelosok Indonesia yang begitu baik. Sampai akhirnya Bang Onte berkesimpulan bahwa orang-orang akan berperilaku baik seiring dengan alamnya yang masih terjaga. Maka tidak heran ketika alam rusak akan berpengaruh negatif pada masyarakat di sekitarnya.
Bagaimana cara membantu orang-orang yang alamnya masih baik?
Bagaimana mengembalikan alam yang sudah rusak?
Yayasan Pecinta Alam (Yascita)
Sambil menahan geli, peraih Skoll Award for Social Entrepreneurship 2010 ini menceritakan asal muasal terbentuknya LSM buatannya dengan 7 kawannya. Ia melihat senior-senior kuliahnya yang sudah lulus bolak-balik menraktir makan ketika main ke kampus. Ditanya kerja apa, katanya di LSM. Bang Onte berkesimpulan :
Oh, kerja di LSM banyak duitnya
Dengan motivasi menyelamatkan alam dan gambaran finansial LSM yang menggiurkan, tahun 1995 dibentuklah Yascita oleh 8 orang nekat ini. Rupanya setelah menjalani bidang pekerjaan di LSM yang mereka bentuk, angan-angan tentang LSM di awal buyar seketika. Selama 4 tahun mereka mencoba bertahan dalam kesempitan. Tetapi setiap merasa kesulitan, mereka akan kembali ke alam. Mereka percaya, bahwa alam akan membentuk kita menjadi pribadi yang tangguh.
Dari alam, Bang Onte mendapat pelajaran besar berupa kuantita kejiwaan : semangat pantang menyerah, semangat rela berkorban, semangat kebersamaan, dan semangat kekeluargaan.
Di sela-sela waktu, Bang Onte menggunakan berbagai cara untuk tetap menumbuhkan semangat timnya, di mana salah satunya adalah menuliskan target dan optimisme di papan setiap awal bulan, meskipun pada akhirnya seringkali target tersebut tidak berbuah hasil.
Akhirnya setelah penantian 4 tahun, Yascita mendapatkan proyek pertama mendokumentasikan foto hutan yang rusak. Tidak puas dengan yang dikerjakan, Bang Onte sempat sampai di titik hampir putus asa. Namun niatnya dibatalkan oleh kejadian kebetulan yang menyadarkannya bahwa meninggalkan warisan harta itu jauh tidak seberapa dibanding meninggalkan nama baik. Itulah yang dilakukan ayah Bang Onte dalam menjalankan amanahnya di kantor pemerintahan.
Radio dan TV lucu-lucu
Berpikir di tengah kondisi yang susah akan menumbukan kreativitas yang luar biasa! Pengalaman yang menjadi sentilan kecil itu menumbuhkan semangat dan ide besar. Karena sulitnya menyebarkan informasi lewat media massa pada zaman itu, di tahun 2000 8 orang ini beride gila membangun sebuah radio, Radio Swara Alam namanya. Pemancarnya dikaitkan ke pohon. Makin lama makin tinggi pemancarnya seiring dengan tumbuhnya pohon. Tapi jangan kaget kalau musim hujan tidak bisa siaran karena pemancarnya ikut tergoyang angin ribut. Berawal dari 10 pendengar hingga akhirnya berkembang dan menimbulkan ide baru untuk membangun stasiun TV pada tahun 2002.
Kendari TV dijuluki sebagai "TV Lucu-Lucu" karena pengemasannya tidak seperti layaknya TV lain. Ketika sudah mampu menjadi perusahaan radio dan TV, Bang Onte dengan bangga mengundang para LSM untuk studi banding. Melihat kesederhanaan stasiun radio dan TV itu, mereka dicemooh. Namun rupanya Bang Onte punya alasan mengapa stasiunnya yang tampak "main-main" itu menjadi sasaran studi banding.
"Supaya kawan-kawan optimis bisa bikin seperti kami-kami ini. Kalau lihat stasiun TV besar, pulang-pulang nggak akan jadi bikin karena sudah keburu takut duluan dengan peralatan mahalnya" ujarnya.
Alhasil benar saja. Dari kunjungan tersebut, lahirlah stasiun TV lokal seperti Bengkulu TV dan lainnya. Dari stasiun-stasiun TV lokal tersebut, dibentuklah Asosiasi Televisi Kerakyatan Indonesia. Penikmat Kendari TV awalnya hanya 7 KK dan berkembang hingga dinikmati 8000 KK.
Pada titik itu, Bang Onte dan kawan-kawan merenungkan kembali visi yang ingin mereka raih. Akhirnya tahun 2011 mereka menjual Kendari TV yang bernilai 12 Milyar (modal awal hanya 300 juta) dan Bengkulu TV yang bernilai 9 Milyar ke Kompas, dengan saham 40% masih dipegang oleh mereka. Demi mencapai visi bersama, didirikanlah TELAPAK yang masih bertahan hingga saat ini. TELAPAK adalah bentuk penggabungan LSM-LSM di Indonesia yang memiliki visi yang sama.
Kunci Keberhasilan Tim
Yang berhasil membuat kami terkagum-kagum adalah salah satunya konsistensi 8 orang sebagai penggagas yang bertahan terus hingga saat ini. Hal itu yang menjadi teladan konkrit prinsip gotong royong, harapannya menjadi contoh bagi masyarakat yang mereka dekati. Yang mengikat mereka juga salah satunya adalah aturan main yang disepakati bersama. Misalnya dalam pembagian peran, masing-masing tidak akan campur tangan dengan bagian lainnya. Dari mulai yang jago berdiplomasi hingga peran menghibur tim, semuanya dipercayakan pada perannya masing-masing. Masalah pembagian uang, dulu dibagikan ke teman-teman yang membutuhkan. Misalnya pernah dalam cerita perjuangan di awal, ada 2 dari 8 orang ini yang mau menikah, maka 6 orang lainnya mengumpulkan uang untuk membantu kedua temannya. Untuk menghindari konlik internal, 8 orang ini rutin camping 2 minggu sekali. Ketika semakin banyak orang dalam radio dan TV, bentuknya berupa gathering 1 bulan sekali. Sekarang untuk skala TELAPAK, mereka rutin rapat besar 2 tahun sekali.
Menariknya lagi, dalam pembagian hak secara finansial pun diatur sama rata dan gaji yang mereka terima masing-masing di luar masuk ke satu pintu. Mereka menggunakan sistem koperasi untuk mengikat status kerjasama. Koperasi itulah yang memiliki saham di mana-mana. Menurut pengalaman Bang Onte, badan koperasi ini sangat membantu menghindari konflik internal karena hak dan kewajibannya diatur dengan sangat jelas. Selain menjunjung tinggi asas gotong royong,TELAPAK hingga saat ini yang beranggotakan 300 orang masih menggunakan sistem musyawarah, salah satunya dalam memilih pemimpin. Dalam rapat besar, orang-orang yang merasa pantas memimpin dan yang dipilih rekan-rekannya karena dianggap pantas diberikan waktu sendiri untuk menentukan siapa yang menjadi ketua di antara mereka.
Kunci Keberhasilan di Masyarakat
Dalam bekerjasama dengan masyarakat di setiap programnya, mereka selalu belajar dari kegagaln. Salah satunya adalah tidak bergantung ke satu pihak yang dianggap sebagai tokoh masyarakat. Jika terjadi apa-apa dengan orang ini, maka program bisa bubar seketika. Kemudian proses pendekatan yang dilakukan juga unik. Selain prinsip partisipatif dengan membangun aturan bersama dengan masyarakat, pendekatannya adalah mengikuti kebiasaan masyarakat di awalnya. Kebiasaan makan bersama hingga mencuri kayu pun mereka geluti. Karena pada prinsipnya mereka percaya kalau banyak kesepakatan dan hal-hal penting yang dapat dilakukan dalam obrolan ringan di sela berkegiatan itu. Namun untuk beberapa kebiasaan negatif masyarakat, mereka strategikan untuk lama kelamaan digiring ke arah yang benar. Jika kebiasaan masyarakat yang kita rasa buruk langsung 'ditabrak' di awal, bisa-bisa kita langsung ditolak mentah-mentah. Sistem pembagian keuntungan juga dilakukan agar masyarakat merasakan timbal balik dari usahanya. Jika ada konflik, mereka menggunakan 'buku besar' yang mengatur segala aturan main-hasil kesepakatan mereka sendiri. Kunci lainnya adalah keteladanan. Delapan orang penggagas ini bertahan dengan jumlahnya dan menunjukan bukti nyata sebuah gotong royong dan koperasi.
Terima kasih untuk ceritanya yang sangat menginspirasi, Bang Onte! :)
Pada titik itu, Bang Onte dan kawan-kawan merenungkan kembali visi yang ingin mereka raih. Akhirnya tahun 2011 mereka menjual Kendari TV yang bernilai 12 Milyar (modal awal hanya 300 juta) dan Bengkulu TV yang bernilai 9 Milyar ke Kompas, dengan saham 40% masih dipegang oleh mereka. Demi mencapai visi bersama, didirikanlah TELAPAK yang masih bertahan hingga saat ini. TELAPAK adalah bentuk penggabungan LSM-LSM di Indonesia yang memiliki visi yang sama.
Kunci Keberhasilan Tim
Yang berhasil membuat kami terkagum-kagum adalah salah satunya konsistensi 8 orang sebagai penggagas yang bertahan terus hingga saat ini. Hal itu yang menjadi teladan konkrit prinsip gotong royong, harapannya menjadi contoh bagi masyarakat yang mereka dekati. Yang mengikat mereka juga salah satunya adalah aturan main yang disepakati bersama. Misalnya dalam pembagian peran, masing-masing tidak akan campur tangan dengan bagian lainnya. Dari mulai yang jago berdiplomasi hingga peran menghibur tim, semuanya dipercayakan pada perannya masing-masing. Masalah pembagian uang, dulu dibagikan ke teman-teman yang membutuhkan. Misalnya pernah dalam cerita perjuangan di awal, ada 2 dari 8 orang ini yang mau menikah, maka 6 orang lainnya mengumpulkan uang untuk membantu kedua temannya. Untuk menghindari konlik internal, 8 orang ini rutin camping 2 minggu sekali. Ketika semakin banyak orang dalam radio dan TV, bentuknya berupa gathering 1 bulan sekali. Sekarang untuk skala TELAPAK, mereka rutin rapat besar 2 tahun sekali.
Menariknya lagi, dalam pembagian hak secara finansial pun diatur sama rata dan gaji yang mereka terima masing-masing di luar masuk ke satu pintu. Mereka menggunakan sistem koperasi untuk mengikat status kerjasama. Koperasi itulah yang memiliki saham di mana-mana. Menurut pengalaman Bang Onte, badan koperasi ini sangat membantu menghindari konflik internal karena hak dan kewajibannya diatur dengan sangat jelas. Selain menjunjung tinggi asas gotong royong,TELAPAK hingga saat ini yang beranggotakan 300 orang masih menggunakan sistem musyawarah, salah satunya dalam memilih pemimpin. Dalam rapat besar, orang-orang yang merasa pantas memimpin dan yang dipilih rekan-rekannya karena dianggap pantas diberikan waktu sendiri untuk menentukan siapa yang menjadi ketua di antara mereka.
Kunci Keberhasilan di Masyarakat
Dalam bekerjasama dengan masyarakat di setiap programnya, mereka selalu belajar dari kegagaln. Salah satunya adalah tidak bergantung ke satu pihak yang dianggap sebagai tokoh masyarakat. Jika terjadi apa-apa dengan orang ini, maka program bisa bubar seketika. Kemudian proses pendekatan yang dilakukan juga unik. Selain prinsip partisipatif dengan membangun aturan bersama dengan masyarakat, pendekatannya adalah mengikuti kebiasaan masyarakat di awalnya. Kebiasaan makan bersama hingga mencuri kayu pun mereka geluti. Karena pada prinsipnya mereka percaya kalau banyak kesepakatan dan hal-hal penting yang dapat dilakukan dalam obrolan ringan di sela berkegiatan itu. Namun untuk beberapa kebiasaan negatif masyarakat, mereka strategikan untuk lama kelamaan digiring ke arah yang benar. Jika kebiasaan masyarakat yang kita rasa buruk langsung 'ditabrak' di awal, bisa-bisa kita langsung ditolak mentah-mentah. Sistem pembagian keuntungan juga dilakukan agar masyarakat merasakan timbal balik dari usahanya. Jika ada konflik, mereka menggunakan 'buku besar' yang mengatur segala aturan main-hasil kesepakatan mereka sendiri. Kunci lainnya adalah keteladanan. Delapan orang penggagas ini bertahan dengan jumlahnya dan menunjukan bukti nyata sebuah gotong royong dan koperasi.
Fokus dengan apa yang dicita-citakan. Fokus itu datangnya dari hati. Kalau memang tidak serius, lebih baik berhenti karena hanya buang-buang waktu saja!
Foto Bersama Seusai Ngobrol |
Terima kasih untuk ceritanya yang sangat menginspirasi, Bang Onte! :)
wah, keren banget...
BalasHapussemua buat semua,
BalasHapussemua buat semua,
BalasHapus