Rabu, 19 Oktober 2011

Nasib sisa mata air Babakan Siliwangi

"Bandung, aku akan selalu berusaha menyempurnakanmu"
-Ridwan Kamil-

Isu Babakan Siliwangi. Setelah ramai dibicarakan soal pencanangan sebagai hutan kota dunia, bagaimana kelanjutan nasibnya? Apakah mahasiswa kampus ganesha berdiam diri saja?

Himpunan Mahasiwa Teknik Geologi ITB berbagi di Forum Ganesha Hijau pada tanggal 7 Oktober 2011 lalu. Isunya tentang mata air Babakan Siliwangi.

Babakan Siliwangi BUKAN tempat resapan air, tetapi justru tempat luapan air.

Info ini sudah saya dengar sebelumnya bahwa ada beberapa mata air di Babakan Siliwangi. Beberapa di antaranya digunakan ITB untuk fasilitas watertapnya, sedangkan ada pula yang telah tertutup bangunan. Hanya tersisa satu mata air yang dapat kita lihat wujudnya. Jika dilihat begitu saja, maka akan sangat meragukan bentuknya. Masuklah ke dalam hutan Babakan Siliwangi yang dari arah kolam renang menuju kandang domba, maka kamu akan menemukan seperti kolam kecil di sisi kiri, dan cekungan berisi timbunan sampah dan limbah di kanan. Tetapi ternyata mata air tersebut masih sering dipergunakan warga. Sesekali mungkin kamu bisa menemukan orang yang sedang mandi di sana.

Kondisi mata air (oleh Agnindhira N)

Babakan Siliwangi yang masih belum jelas peruntukannya, pencahayaan minim, sering terjadi kriminalitas, menjadi tempat orang tunawisma, adalah disebut dengan istilah negative space, kalau kata anak arsitek. Sudut seperti ini tidak sehat dan idealnya tidak ada di dalam sebuah kota. Nah, tujuan besarnya adalah menjadikan Baksil sebagai area yang bisa dinikmati publik dengan tetap menjaga ekologinya. Salah satu aspek yang harus dijaga adalah si mata air ini. Kang Emil (panggilan akrab Ridwan Kamil) menantang untuk membuat rekayasa mata air ini sehingga bisa digunakan sebagai mana mestinya.

Kondisi pengelolaan mata airnya masih sederhana. Mata air dikumpulkan dari sumber ke bak pengumpul, di mana setelah itu langsung digunakan. Sedangkan tak jauh dari situ terdapat cekungan yang berisikan limbah bekas terpakainya air.

kondisi penggunaan mata air (Oleh Agnindhira N)

Kami mendiskusikan isu ini dalam forum ini dengan harapan timbul banyak ide dari banyak keprofesian di ITB. Kang Emil menyampaikan bahwa hal terburuk yang akan dilakukan untuk mata air tersebut jika tidak ada solusi terhadapnya adalah menjadikan itu sebagai kolam ikan. Solusi ini merupakan tamparan besar untuk ITB jika tidak memberikan solusi teknologi apapun.

Beberapa usul sempat disampaikan untuk menjadikannya MCK, sumber air minum (perlu pengecekan kualitas air minum), atau bahkan monumen. Acuan besarnya adalah Baksil akan difungsikan menjadi hutan kota untuk umum, tetapi belum termasuk persoalan mata air ini.

Hasil brainstorming kami adalah membutuhkan sejumlah data sebelum masuk ke dalam tahap desain dan penerapan teknologi tepat guna, yaitu :
  1. Kontinutitas mata air. Seberapa banyak air mengalir di situ?
  2. Analisis air. Sejauh mana kelayakan air tersebut dapat digunakan? Apakah sebatas air baku? Atau mungkin air minum? Hal ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut di laboratorium.
  3. Siteplan. Sejauh mana wilayah yang dapat digarap?
  4. Kondisi mata air
  5. Kondisi sosial. Bagaimana pendapat dan masukan warga sekitar mengenai keberadaan dan pemberdayaan mata air ini?
  6. Siapa yang akan mengelola. Hal ini berkaitan dengan antisipasi perawatan selanjutnya. Jika dikelola warga, maka desain teknologi harus disesuaikan dengan budaya dan pendidikan warga. Karena teknologi yang akan dirancang akan dijadikan fasilitas publik.
  7. Bagaimana mekanisme perawatan selanjutnya. Berkaitan dengan desain yang mudah dan murah dalam hal perawatan.
Kajian, solusi, dan langkah selanjutnya akan kami bahas lebih tuntas lagi. Semoga saja keluar gagasan menarik yang dapat kami realisasikan. Apakah ada yang punya ide? :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar