Jumat, 20 Juli 2012

Kilas Pandang Desa Cidugaleun


18 Juni 2012

Mencicipi 2 minggu di tanah Subang, saatnya berpindah haluan ke Tasikmalaya! Meninjau sampel kedua saya, untuk aplikasi program Pamsimas di wilayah Jawa Barat.

Saya berangkat dari Bandung pukul 10.00, setelah menunggu jemputan sekitar 2 jam lamanya di McDonald Simpang. Akhirnya mobil innova biru milik kantor Pamsimas Jawa Barat sampai setelah berjuang melawan macetnya Bandung dari arah Jalan Soekarno Hatta. Lama perjalanan diperkirakan 3 jam, dan Pak Ntis si pengemudi menargetkan pukul 12.00 sudah sampai di Kota Tasik. Tapi nyatanya tetap pukul 13.00 kami sampai di kantor Tasik, letaknya di daerah Mangkubumi. Masih di area kota Tasik.

Setelah beristirahat dan sempat mampir makan, berangkatlah saya ditemani Bu Creni dan Pak Dedi ke desa tempat saya akan menghabiskan hampir 2 minggu saya. Desa Cidugaleun. Ternyata dari Kota Tasik kami mengambil arah putar balik lagi. 

Sebelum berangkat Ibu Creni berkali-kali memperingatkan jeleknya badan jalan yang akan kami lewati. Dan benar saja. Jalannya jelek bukan main! Kalau kata Pak Dedi yang mengantar saya, "Ini sih bukan jelek, tapi jueeleeek", dengan logat Jawanya yang kental.

Belakangan saya tahu kalau jalan tersebut adalah jalan milik pemerintah, maka untuk perbaikannya tidak bisa seenaknya dilakukan oleh warga setempat. Tapi pada kenyataannya belum ada bentuk rekonstruksi jalan oleh pemerintah. Warga Cidugaleun hanya bisa menunggu dengan sabar dan "menikmati" sensasi goyang di jalan.

Saya jadi ikut deg-degan ketika melewati check dam, jalanan yang sisi kanan kirinya langsung berbatasan dengan sungai dan tingginya pun hampir sama. Dulunya ini adalah jembatan. Tetapi karena sempat terbawa lahar di peristiwa letusan Gunung Galunggung, maka jembatannya pun ikut hanyut. Konyolnya, setelah itu dibuat pembangunan tanggul. Tanggul? Hmmm coba saya telaah dulu ya. Apakah tanggul seperti ini bentuknya? Hahahahhaha. Hal ini sempat menjadi bahan bercandaan saya dan warga. Katanya, jika hujan deras turun, maka jalan itu akan tertutup air sungai dan orang tidak bisa lalu lalang di situ. Ada yang nekat melewatinya, alhasil mereka terbawa arus.

Turunannya super curam! Hati-hati kalau hujan deras

Oke akhirnya setelah bergerunjalan di jalan, hap! Akhirnya kami sampai juga! Kira- kira 1-1,5 jam perjalanan dari kota menuju ke sini. Hari sudah sore dan sempat hujan gerimis. Bu Creni yang sudah ketakutan jalanan akan tertutup luapan air dan tidak bisa pulang, segera undur diri.

Satu dari sekian ruas jalan yang jueleek aspalnya.
Desa Cidugaleun posisinya di Kabupaten Tasikmalaya, wilayah Kecamatan Cigalontang. Coba lihat di peta. Desa ini posisinya paling ujung, dan beberapa kilometer lagi kita bisa mencapai Garut! Lucunya, untuk mencapai Kantor Kecamatan Cigalontang, yang mana Desa Cidugaleun tercatat di dalamnya, kita harus melewati 3 kecamatan berbeda dengan jarak tempuh sekitar 1-1-1,5 jam! Kondisi desa di wilayah pegunungan dan berbukit-bukit. Dari desa terlihat jelas Gunung Galunggung dan Gunung Dinding Ari. Udaranya dingin dan bersih. Mayoritas penduduk Cidugaleun bertani, bisa dilihat dari luasnya hamparan sawah di sini. Desa yang luasnya mencapai 912,78 ha ini terdiri atas 4 kedusunan dan belasan perkampungan. Saya tinggal di Dusun Cidugaleun, di mana balai desa didirikan. 

Pemandangan Galunggung dari sisi jalan

Kampung Babakan, salah satu perkampungan yang masih didominasi sawah dan  bentuk rumah panggung

Jalan yang masih mulus
Kira-kira begitulah sekilas kondisi fisik Desa Cidugaleun! Setelah berhari-hari, saya temukan banyak lagi kisah dan tempat menarik di sekitarnya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar