Sabtu, 18 Februari 2012

Bermain, bebersih, dan berbagi cerita di Cikapundung

29 Januari 2012 di Minggu pagi yang cerah

Dengan sangat terlambat saya baru sempat bercerita tentang kegiatan insidental ini. Sebenarnya tidak juga, kegiatan ini sempat menjadi rencana program kerja saya dan teman-teman departemen eksternal Ugreen. Tapi persiapannya cukup kilat!

Persiapan awal dilakukan oleh duo teman saya Wisnu dan Rizky. Kami memang sudah berencana dari bulan Desember akhir untuk mengajak teman-teman organisasi kami, Ugreen ke Sungai Cikapundung. Dan ternyata di waktu yang sama, Kelompok Pecinta Alam Sadagori pun punya rencana serupa. Maka dikolaborasikanlah acara ini. Tanggal tersebut adalah minggu pertama kami masuk kuliah setelah libur akhir tahun. Secara mendadak saya buat rapat tim eksternal Ugreen di hari Senin, membagi tugas, membagi undangan ke lembaga lain di hari Kamis, dan baru membuat teknis lapangan di hari Sabtu!

Akhirnya jadilah acara ini. Dengan berbekal trash bag, sepatu keds siap basah, baju siap kotor, sapu lidi, dan air minum, kami pun bergerak. Berangkat dari Kampus ITB pukul 08.00 dan sampailah kami di Indonesia Power (Dago Atas). Rencananya kami akan menyusuri Sungai Cikapundung dari titik ini hingga ke Dago Bengkok, di base camp sebuah komunitas bernama Cikapundung Rehabilitation Program (CRP). Rekan-rekan dari CRP banyak diturunkan untuk mendampingi kami. Berkegiatan di Cikapundung sudah menjadi rutinitas mereka.

Jumlah peserta sekitar 60 dan kami dibagi menjadi 3 tim. Sebagian besar tim laki-laki mulai bergerak dari Indonesia Power, sedangkan sisanya mengambil rute lebih aman di bagian lebih bawah lagi. Dan ya, sampahnya tidak hanya di badan sungai, tapi juga di bantarannya. Dengan bersemangat semua orang, baik laki-laki dan perempuan menerjunkan badannya ke air. Semuanya bergotong royong memasukan sampah, mengangkut sampah ke atas air.

Di daerah Indonesia Power (Dok. Rasyid Aziz)


Berusaha mengambil sampah yang besar dan sulit diambil. Tidak pantang menyerah! (Dok. Rasyid Aziz)


(Dok. Rasyid Aziz)

Di satu titik saya sempat berkenalan dengan 3 orang teman kecil, namanya Aina, Resti, dan Wina. Dengan sangat heroik mereka membantu kami memunguti sampah! Bahkan sampah yang di dalam lumpur pun masih dengan bersemangat mereka ambil. Dan lama kelamaan teman-teman laki-lakinya mulai berdatangan. Tetapi yang lainnya lebih tertarik untuk bermain air. Mereka penduduk sini yang sering bermain di Sungai ini.

Ini dia teman kecil yang ikut membantu dan meramaikan :) (Dok. Pribadi)

Pada saat yang sama saya melihat anak-anak ini bermain air, saya memandangi pipa-pipa buangan yang keluar dari rumah-rumah di bantaran sungai. Ya.. ada air cucian dengan busa-busa, daaan.... tiba-tiba ada air berwarna kuning yang keluar! Aaaah itu pasti dari toilet! Saya langsung geleng-geleng kepala. Ya tidak heran sih, mengingat semenjak saya kuliah di Teknik Lingkungan, hal ini sudah jadi fenomena masyarakat. Ketika sungai diletakkan di belakang bangunan, maka sungai tersebut fungsinya beralih menjadi "septik tank raksasa" dan "tempat
sampah".

Air dari buangan toilet yang keluar dari pipa menuju sungai. Lihat warna kuningnya kan? Hii (Dok. Pribadi)

Sampah warga yang secara sengaja dibuang ke sungai (Dok. Pribadi)

Sampah yang telah kami kumpulkan secara kerja sama kami bawa ke daratan dan dimasukan ke pick up untuk diangkut ke TPS. Setelah waktu menunjukkan pukul 11.30, kami pun bebersih dan berisitirahat di pos akhir. Tempatnya memang rindang dan dikelilingi pepohonan. Kami membuat lingkaran besar. Obrolan kami ditemani 3 jenis snack yang diputar selama forum berlangsung. Saya sebagai moderator mengajak rekan-rekan CRP untuk bercerita tentang Cikapundung.

Diskusi dibawakan oleh Abah Te-er namanya. Beliau banyak bercerita tentang bentuk gerakan di Sungai Cikapundung dan bagaimana sungai itu bisa mulai dirawat seperti saat ini dengan banyaknya kegiatan yang dilaksanakan di tempat itu.

Obrolan singkat itu akhirnya diakhiri dengan pemberian bibit pohon hasil sumbangan U-Green, Sadagori, dan iuran peserta ke pihak CRP oleh Ketua Ugreen, perwakilan Sadagori, dan Presiden KM ITB, Tizar Bijaksana. Dan pastinya diakhiri dengan berfoto bersama :) Angkot sudah menunggu, pukul 12.30 kami bergegas untuk kembali ke kampus. Semua senang, semoga kegiatan ini bermanfaat :)


Mengapa bebersih Cikapundung? Bukannya membersihkan sungai seperti membersihkan sesuatu yang sia-sia? Sudah dibersihkan toh nanti akan kotor lagi.

Tujuan kegiatan ini bukan semata-mata untuk "membersihkan" sungai dari sampah. Ada nilai lain di dalamnya yang ingin kami sampaikan. Adalah tentang kisah di balik Sungai dan kepedulian masyarakat sekitar, masalah di balik Sungai Cikapundung dari buangan yang dikeluarkan langsung oleh masyarakat maupun sebuah instansi pengolah air minum. Yang ingin dihadirkan adalah sense untuk bergerak, melihat keadaan lapangan, dan berpikir. Seluruh partisipan adalah kaum terdidik, dan sebagian besar telah duduk di bangku kuliah. Bukan gerakan serupa bebersih saja yang kami kejar, tetapi justru ide di balik latar belakang keilmuan masing-masing orang yang mungkin bisa membantu memecahkan masalah Sungai Cikapundung ini. Sungai Cikapundung, sungai yang membelah Kota Bandung,menjadi sumber air permukaan, dan seharusnya bisa kita nikmati. Semoga pelajaran yang menjadi tujuan kami sampai ke semuanya. Dan tidak lupa, saya jadi berpikir sendiri tentang ide-ide di kepala saya. Hmm... Ayo keluarkan ide! :D

Terima kasih untuk teman-teman yang sudah mau berpartisipasi! :) (Dok. Rasyid Aziz)


*) Terima kasih sekali untuk Wisnu, Fusi, Rasyid, Aha, Gigan, Ahan, Adib, Vivi, Windi, Astryd, Depi, Rizky, Dony, Wiku yang sudah membantu teknis acara! :)


1 komentar: