Sabtu, 16 Juni 2012

Hajat Wawar, Ritual Penolak Bala

Hari pertama saya di Desa Ponggang, saya pelajari profil desa. Ada informasi tentang upacara adat yang masih dilangsungkan masyarakat Desa Ponggang. Salah satunya Hajat Wawar.

Saya : "Hajat wawar itu apa, Bu?"
Bu Wida : "Itu neng, kalau ada gempa kecil, biasanya nanti kumpul dan berdoa bersama. Udah dari jaman kepercayaan Sunda dulu. Kalau jaman dulunya sih bawa makanan untuk sesajen. Semacam penolak bala (nasib jelek)."

Dan sehari setelahnya ada kabar gempa bumi di Sukabumi, yang terasa sedikit sampai desa ini.

Tepatnya tanggal 14 Juni 2012, seminggu setelah obrolan itu berlangsung dan sehari sebelum saya meninggalkan Desa Ponggang. Peringatan Hajat Wawar dilakukan di depan rumah Abah, Bapak dari Pak Agan. Dimulainya sekitar pukul 17.00. Sekitar 20an warga berkumpul dengan beralaskan tikar. Semuanya membawa makanan dan diletakkan di tengah-tengah. Ada beberapa jenis minuman dalam cangkir kecil, berbagai jenis nasi dan ketan, dan lauk. 

Mengusir lalat-alat pengganggu sambil menunggu orang-orang berkumpul
Setelah semua berkumpul, Abah memulai ritual. Asap mengepul dan suatu bau muncul. Kemenyan dibakar dengan rokok. Di depannya Abah membaca sesuatu. Komat kamit. Saya coba dengarkan, oh ternyata membaca ayat suci Al-Qur'an. Ada bentuk perkawinan antara adat dan agama di sini. Konon ini adalah bentuk kepercayaan masyarakat Sunda karuhun dengan makanan yang dibawa adalah menjadi bentuk sesajen penolak bala. Setelah itu Pak Agan, sebagai aparat desa memberikan sedikit pidato berbahasa Sunda dan dilanjutkan dengan doa bersama. Doa dipimpin pak ustad dan kami mengamini.

Aamiin..

Abah sedang berdoa dengan suara yang nyaris tak terdengar
Waktu menunjukan hampir maghrib, dan ritual diakhiri dengan menyantap makanan yang dibawa sendiri oleh warga. Saya makan banyak sekali! Semua orang saling berbagi makanannya di atas daun pisang. Sisa makanan yang banyak dibawa kembali ke rumah masing-masing. 


Makan-makan!
Saya merasa beruntung bisa mengabadikan momen ini! :) Mungkin hikmah dari ritual ini adalah musibah yang mendekatkan satu sama lain. Karena dengan ritual ini semua orang ngariung bareng.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar